Teori Pengkajian Rindu
Maka dari hal pengalaman diriku, maka adalah kutuliskan sebagai sebuah pelajaran yang mesti diingat ketika hari sudah malam. Maka jikalau tuan dan nona merindukan seseorang, dipikirlah terlebih dahulu rindu jenis yang mana itu. Dengan demikian, tak ada lah lagi perkataan jika rindu itu berat, semua sudah masuk ke dalam porsinya dengan amat pas.
Maka apabila kita telaah satu per satu rindu tadi, dibutuhkanlah satu hal hikayat tentang rindu, dan barang tentu tuan dan nona akan jenuh membaca berjilid-jilid tebal hikayat itu meskipun semuanya membahas rindu. Maka dikarenakan beberapa alasan di atas, seyogianya tuan dan nona sudi menghabiskan beberapa paragraf dari hal tulisan mengaji rindu ini. Semoga dengan selesainya tuan nona membaca hal pengkajian rindu ini, selesai juga pertanyaan-pertanyaan yang mengambang dalam benak tuan dan nona sekalian.
Rindu: Sebuah perasaan yang subjektif
Istilah rindu sebenarnya dapat merujuk pada pengeritan yang lebih luas. Ia dapat mencakup berbagai pengalaman dalam bentuk rasa, khayalan, dan imajinasi semata. Tiap menit dalam rindu habis untuk memikirkan kenangan yang semu, terutama ketika tanah yang dipijak mulai basah, dan air hujan membuat genangan-genangan pada hati yang berlubang. Rindu dalam pengertian ini tidak hanya terbatas pada perasaan yang digolongkan sebagai suasana yang dipisahkan oleh jarak dan keadaan, melainkan juga beberapa kenangan pahit termasuk di dalamnya kegagalan menjalankan satu hubungan.
Pembedaan Rindu
Sebagaimana dikemukaan sebelumnya, rindu merupakan khayalan kenangan. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua yang dikenang dengan khayal bisa disebut sebagai rindu. Perasaan-perasaan lain yang cara mengenangnya tidak berbentuk ulangan, misalnya rindu pada Tuhan, tak pernah ada ingatan kita akan pertemuan dengan Yang Maha Esa, namun aroma-aroma merindu untuk bertemu denganNya tetap saja ada. Dalam penulisan ini istilah dan pengertian rindu sengaja dibatasi pada khayalan yang berbentuk kenangan. Sehingga apa-apa yang terkait dengan keduanya bisa saja merupakan rindu atau bentuk lain yang berbeda, yaitu harapan.
Unsur Rindu
Sebuah rasa rindu yang nyata merupakan sebuah gambaran cerita utuh dan penuh kehangatan. Sebagai sesuatu yang utuh, rindu tentu mempunyai bagian-bagian, unsur, yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain, semuanya saling bergantung dan menguatkan, membuat rindu itu sempurna sepenuhnya. Secara kedalaman, unsur-unsur yang membentuk rindu tentu saja perasaaan dan cinta, namun di antara keduanya terdapat kenangan yang akan membuat perindu tersebut mengawinkan cinta dan rasa dalam dunia maya. Suasana, jarak, dan keadaan menyempurnakannya dari luar, mengelilingi perindu supaya rasa dan kenangannya kental terasa dan aromanya tercium serupa bau masakan kesukaan.
Hakikat Mengkaji Rindu
Untuk melakukan pengkajian terhadap unsur-unsur pembentuk rindu, pada umumnya kerja tersebut dibarengi oleh kegiatan imanjinatif. Istilah imajinatif sendiri merujuk pada pengertian yang paling mendasar yang mesti menautkan rasa dan khayalan agar tercipta ruang untuk rindu itu tumbuh. Kegiatan mengkaji rindu yang mencoba memisahkan unsur-unsur yang membangunnya dari keseluruhan maknanya, tidak jarang dianggap sebagai suatu yang sia-sia. Bahkan, lebih dari itu, hal itu dapat menyesatkan. Semakin kamu coba menjauhkan rindu dari maknanya, maka rindu itu sendiri yang akan menghukummu tanpa rasa bersalah. Dalam teori yang dikemukakan oleh Rinduman (1986: 8-10) dalam bukunya Tergantung Pada Rindu, ia menyebutkan bahwasannya rindu itu suci, tak pernah ada seseorang yang merindu karena benci, karena sifatnya yang suci sudah barang tentu ia harus dirawat oleh orang yang bersih hati. Maka dari itu, ketulusan dari seorang perindu sangat dibutuhkan guna mencapai rindu yang dikehendaki dalam dunia kerinduan, semua unsur harus dilibatkan untuk memahami makna rindu itu sendiri dan untuk siapa rindu itu diberi.
Penafsiran Rindu
Dalam waktu yang terus maju, kita telah dibebankan sebuah definisi rindu yang universal. Dari kecil kita terbiasa didongengi oleh orang dewasa mengenai arti dari rindu itu sendiri. Barangkali, kegiatan menafsirkan rindu merupakan kegiatan yang paling sering kita lakukan. Namun, bukannya mendapat sebuah pemahaman, kenyataannya pikiran dan perasaan kita hanya dijejali oleh definisi-definisi dari orang lain, tanpa berusaha mencari lagi. Kondisi seperti ini sebenarnya secara langsung ataupun tidak langsung telah membiasakan kita menerima pendapat orang lain begitu saja, tanpa berusaha mencarinya sendiri. Hal itu tentu akan semakin parah ketika kita yang sedang sendiri dijejali definisi oleh orang-orang yang sudah mendapatkan pujaan hati.
Terlepas dari kejadian di atas, penafsiran makna suatu rindu memang bukan pekerjaan mudah. Walau betul perkara rindu dititikberatkan pada rasa dan kenangan, pernyataan rindu itu sendiri tidak dikemukakan secara pasti. Rindu hadir bersama dan berpadu dengan unsur-unsur lainnya sehingga yang kita jumpai dalam sebuah kisah adalah rasa yang seutuhnya. Rindu bersembunyi di balik rasa itu. Kita pun tidak perlu memaksakan definisi kita sebab adanya perbedaan yang demikian adalah satu hal yang wajar.
Pemaknaan yang luas terhadap rindu itulah yang membuatnya bisa menembus dimensi waktu. Penafsiran-penafsiran yang subjektif sangat dianjurkan karena sudah pasti semua orang mempunyai kenangan dan perasaan yang berbeda antara satu dengan yang lain. Semuanya benar, tidak ada yang disalahkan karena orang yang merindu tentu saja mempunyai sesuatu yang pasti untuk dituju.
*Inspirasi: Teori Pengkajian Fiksi karya Burhan Nurgiyantoro
Si Tampan
Kumpulan Cerita Pendek, Puisi, Ulasan Buku, Keseharian, serta Kenangan akan segala hal yang tak dapat diucapkan. Baca, Rasakan, dan Lihat Kenyataan.
4 komentar
Rindu ada juga teorinya.. nice
haha iya, saya juga baru mengetahuinya
Wih keren judulnya
Wih keren judulnya
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Contact Form
Postingan Terlaris
-
Di penghujung jalan yang menjadi pemisah antara kenyataan dan kepercayaan, terdapat sebuah toko yang didiami beragam ras dan agama. Bil...
-
Aku menatap kawanan gagak di pelataran menunggu kesiapan. Mencoba berdamai dengan kenangan. Merapikan kepingan-kepingan aksara kemudian...
-
Judul Buku : Lelaki Harimau Penulis : Eka Kurniawan Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Tebal : 194 hlm ISBN : 978-602-03-0749-7 Rat...