Bila Sepuluh Menit Lagi Aku Mati


Bila sepuluh menit lagi aku mati, aku ingin dilahirkan kembali sebagai bunga satu-satunya yang tersisa di antara ribuan tanda tanya. Biar sendiri, biar kesepian, aku tidak akan membebani orang-orang baik, orang-orang yang penuh kepedulian dan rasa tanggung jawab, aku tidak akan pernah merepotkan manusia-manusia sibuk, menanyainya kabar, atau sekadar menyuruh mereka datang untuk berbincang. Bila aku dilahirkan menjadi satu-satunya bunga yang tersisa dan kesepian, aku bisa iseng sendiri merontokkan kelopakku, mematahkan sendiri tangkai dan duri-duri yang menghiasi tubuhku, dan layu sendiri semauku.

Bila sepuluh menit yang akan datang aku tak mati, biarkan aku mengusili kesepianku, jangan terlalu peduli terhadapku, tak usahlah berbasa-basi menanyaiku kabar, karena aku tidak pernah rela membiarkan bahasa menjadi basi bila sekadar dipakai untuk berbasa-basi. Tirulah angin yang mengendap di luar kaca jendela, angin yang menggugurkan daun di halaman rumah merupakan mereka yang paham arti menghargai diri dan kesedihan orang lain. Terkadang, merekalah yang ingin kujumpai ketika mati sudah di penghujung hari.

Tak ada arti, tak punya harga diri. Sudah penuh seluruh, telah hilang yang terbilang, yang esa adalah ia yang bisa menyatukan seluruh asa. Terkadang kesedihan yang mendalam tidak dilakukan oleh luka, namun dari hati yang berbahagia tapi bibir tak bisa bersuara karena tak ada siapa-siapa di antara kebahagiannya. Pengalaman terpahit bukan ketika kau merasa sudah terlalu banyak terbebani luka. Namun ketika segala usaha yang kau lakukan telah lunas dibayar kebahagian, tetapi tak ada seorang pun yang bisa duduk bersama sore untuk mendengarkan cerita-cerita bahagiamu.

Lima menit yang lalu, ketika cermin menghadap ke arahku, ada seseorang yang tengah berdiri dan dari sorot matanya terpancar rasa iba entah terhadap siapa, dia yang berhadapan denganku sepertinya sama kesepiannya, tidak ada apa-apa di belakangnya, jeritan sunyi dan senyap berkeliling di sekitarnya, pada apa yang tertulis adalah kata-kata yang melewat begitu saja, bahkan hanya sekadar bayang-bayang pun tak mau menampakkan dirinya.

Bila sepuluh menit dalam arti yang akan terlewati aku mati, aku mati dan membawa hati yang tak bisa disakiti. Dan untuk menjadi bunga dalam reinkarnasi setidaknya membutuhkan seorang gadis pemetik bunga yang ia akan berbahagia karena kata-kata.

Kumpulan Cerita Pendek, Puisi, Ulasan Buku, Keseharian, serta Kenangan akan segala hal yang tak dapat diucapkan. Baca, Rasakan, dan Lihat Kenyataan.