Sebuah Wisata Cinta Bagian 1
Di pelataran stasiun kota yang ramai di perkosa kesibukan aku duduk menunggu seorang perempuan. Manis senyumnya, cantik rupanya, dialah orang yang mencitaiku dan kucintai balik seperti hidup dan kehidupan yang terus memberi kasih dan kasihan di sepanjang perjalanan. Setelah bosan menikmati penat, bercengkrama dengan sepi, lalu bermesra-mesraan bersama rindu sepanjang hari, tiba juga hari ini. Anganku sudah menembus angin, lalu berbaur serempak bahagia. Dengan rasa yang telah lama tertimbun nestapa, kuserahkan hari ini untuk kita lewati dan nikmati bersama.
Sebuah bis berwarna biru dengan coretan merek sabun colek ternama (Ekonomi) itu berhenti setelah rodanya bergesekan dengan aspal lalu mengeluarkan bunyi ciitttt panjangPintunya terbuka, atau lebih tepatnya dibuka, dan terlihat di sana kepulan asap hasil pembakaran cerutu sisa hisapan bibir seorang lelaki yang tangannya terus berpegangan pada kemudi. Tak lama seorang wanita yang mengenakan baju muslim dengan renda pada bagian dadanya dan menenteng sebuah tas berwarna cokelat tua keluar melalui pintu itu. Dialah kamu.
Kiri kanan kiri kanan kiri kanan plak, telapak sepatu bagian kanannya lebih dulu tertancap ke aspal, lebih dulu dari pada yang kiri menyentuh bumi, tapi lebih lambat jika dibandingkan dengan kecupan sukmaku pada jantung yang terus minta sentuhan lebih, saat kamu yang manis terpampang jelas di hadapanku.
Begini versi ku, perawakannya tidak tinggi, rambutnya dibungkus rapi, saat ia tersenyum seketika perputaran dunia berhenti. Hatinya selembut daun talas yang ditaburi tetesan air, bola matanya bulat teratur, kulitnya kuning serupa kulit pisang, terbungkus dalam damai oleh busana muslim yang saat ini ia kenakan, maka tidak akan ada lagi alasan kenapa kau tidak menyukainya.
Rutinitasku terguncang, guncangan yang amat menyenangkan. Akhirnya setelah lama menimbun rindu, peluknya sampai juga padaku. Saat ini aku tak punya dan tak peduli lagi terhadap waktu, lantas langsung ku sambar tubuhnya ke dalam dekapanku. Tangan kita saling melingkar, membuat benteng untuk sedih, sepi, sendu dan segala kata yang menggambarkan kepiluan. Hati kita didekatkan, napas kita saling beradu, dan dari jarak yang amat dekat ini betapa bau rambutnya tercium oleh hidungku. Seketika detik berhenti berdetak, bumi tak mau berotasi, dan angin enggan untuk bergerak karena di sana, di satu sudut stasiun yang ramai, ada dua orang manusia yang sedang bercinta dalam damai.
Aku tidak ingin berlama-lama di stasiun ini karena sudah sejak lama kurancang sebuah perjalanan indah yang tak mungkin terlupakan olehnya, sebuah wisata cinta.
Lantas langsung kuajak dia pergi, bukan untuk naik motor atau helikopter pribadi melainkan pergi dengan cara yang paling manis, menjemput angkot lalu naik dan duduk di bagian paling belakang berhadap-hadapan. Di sana ada seorang ibu dengan badan melebihi muatan dengan menenteng tas belanjaan yang barangnya berhamburan keluar karena tak ada lagi ruang untuk mereka berhimpitan. Di sebelah kiri dekat pintu keluar ada seorang pria sedang menutup hidung menggunakan lengannya karena tak kuat lagi menghirup bau yang dikeluarkan oleh sayuran-sayuran basah di sebelahnya. Sepanjang perjalanan kita saling berbagi tentang cara kita berteman dengan kangen, kita sama-sama menceritakan bagaimana gaya kita menyiasati sepi di antara kemeriahan kesibukan. Kemudian kita sama-sama menertawakan, tersenyum, kita benar-benar bahagia, berdua saja.
Betapa beruntungnya diriku, pikirku. Mempunyai pacar yang amat menyenangkan sepertimu, kasih sayangmu, dan ketulusanmu adalah buah dari kesabaranku menunggu tamu, berkah dari kesetiaanku menggulung rindu.
Setelah sekian lama roda mobil berputar, akhirnya sebuah mantra mujarab menghentikannya, ya setelah ku berkata kiri. Kami turun untuk kemudian masuk lagi ke sebuah restoran, karena rencanaku sudah matang aku tidak ingin cacing perut mengacaukannya. Aku ingin hari ini sempurna.
Billie Wijaya U
Kumpulan Cerita Pendek, Puisi, Ulasan Buku, Keseharian, serta Kenangan akan segala hal yang tak dapat diucapkan. Baca, Rasakan, dan Lihat Kenyataan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Contact Form
Postingan Terlaris
-
Di penghujung jalan yang menjadi pemisah antara kenyataan dan kepercayaan, terdapat sebuah toko yang didiami beragam ras dan agama. Bil...
-
Aku menatap kawanan gagak di pelataran menunggu kesiapan. Mencoba berdamai dengan kenangan. Merapikan kepingan-kepingan aksara kemudian...
-
Judul Buku : Lelaki Harimau Penulis : Eka Kurniawan Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Tebal : 194 hlm ISBN : 978-602-03-0749-7 Rat...