KEMATIANKU
Kalau aku beruntung, akan kukirim telegram ke setiap alamat
dari ranjang rumah sakit. Selang mengalir ke dalam
hidungku. Tapi cobalah untuk tidak takut kepadaku, kawan-kawan!
Kukatakan kepada kalian sekarang juga bahwa ini tidak apa-apa.
Ini cukup sederhana sebagai permintaan terakhir.
Seseorang, kuharap, akan menghubungi semua orang
untuk bilang, “Datanglah cepat, dia sudah sekarat!”
Dan mereka akan datang. Dan akan ada waktu bagiku
untuk mengucapkan perpisahan kepada setiap orang yang kucintai.
Kalau aku beruntung, mereka akan mendekat
dan aku akan bisa melihat mereka untuk terakhir kali
dan membawa ingatan itu bersamaku.
Tentu, mereka mungkin akan berpaling dariku dan ingin beranjak pergi
dan menangis. Tapi sebaliknya, karena mencintaiku,
mereka akan meraih tanganku dan berkata “Kuatlah”
atau “Ini akan baik-baik saja.”
Dan mereka benar. Ini akan baik-baik saja.
Tidak apa-apa. Kalau saja kalian tahu betapa kalian telah membuatku bahagia!
Aku hanya berharap keberuntunganku akan bertahan, dan aku bisa membuat
beberapa isyarat pengakuan.
Membuka dan memejamkan mataku seolah untuk mengatakan,
“Ya, aku mendengar kalian. Aku memahami kalian.”
Aku mungkin bahkan mengatakan sesuatu seperti ini:
“Aku juga mencintai kalian. Semoga bahagia.”
Aku berharap sekali! Tapi aku tidak ingin meminta terlalu banyak.
Kalau aku beruntung, seperti yang layak kudapatkan, yah, aku hanya akan
mengembuskan, seperti itu, tanpa kesempatan apa pun
ucapan perpisahan, atau menekan tangan seseorang.
Atau mengatakan seberapa besar aku peduli kepada kalian dan menikmati
kebersamaan kalian di seluruh tahun-tahun ini. Bagaimanapun,
cobalah untuk tidak terlalu berduka untukku. Aku ingin kalian tahu
aku bahagia ketika berada di sini.
Dan ingatlah, kukatakan ini kepada kalian belum lama berselang—April 1984.
Tapi berbahagialah untukku jika aku mati di antara kehadiran
kawan dan keluarga. Kalau ini terjadi, percayalah kepadaku,
aku akan lebih dulu pergi. Aku takkan kehilangan yang satu ini.
DI TAHUN 2020
Siapa di antara kita yang bakal tersisa pada saat itu —
tua, termangu, pikun —
tapi ingin ngobrol soal kawan-kawan kita yang sudah mati?
Ngobrol dan ngobrol, seperti keran tua bocor.
Dengan begitu, mereka yang muda,
penuh hormat, dan mudah terharu rasa ingin tahu,
akan mendapati diri mereka sendiri tersentuh
oleh ingatan itu.
Dengan betul-betul menyebut nama si ini
atau nama si itu, dan apa yang kita lakukan bersama.
(Karena kita penuh hormat, tapi penuh rasa ingin tahu
dan gairah, demi mendengarkan seseorang bercerita
tentang orang-orang masyhur yang mati sebelum kita itu.)
Yang mana tentang kita akan mereka ceritakan
kepada kawan-kawan mereka,
dia kenal si ini dan si itu! Dia berkawan dengan -
dan mereka menghabiskan waktu bersama.
Dia ada di pesta besar itu.
Semua orang ada di sana. Mereka pesta-pora
dan menari sampai subuh. Mereka saling merangkulkan
lengan satu sama lain dan menari
sampai matahari terbit.
Sekarang mereka semua telah tiada.
Yang mana tentang kita akan diceritakan —
dia kenal mereka? Menjabat tangan mereka
dan memeluk mereka, begadang sepanjang malam
di rumah-rumah mereka yang hangat. Mencintai mereka!
Kawan-kawanku, aku sungguh mencintai kalian, betul.
Dan kuharap aku cukup beruntung, cukup pantas,
untuk terus hidup dan memberi kesaksian.
Percayalah kepadaku, aku hanya akan mengatakan hal-hal
paling gemilang tentang kalian dan waktu kita di sini!
Karena yang bertahan hidup di sini telah menjadi sesuatu
yang dinanti-nanti. Bertambah tua,
kehilangan semua hal dan semua orang.
Penerjemah: Lutfi Mardiansyah