Tuban dan Catatan-catatan
Kau menutup mata, sebelum
sempat membukanya
Aku telah melihat segalanya
katamu, pada Jumat malam
ketika orang-orang bergegas
melipat harapan dari tangan
dan meniupnya jauh
Seseorang yang bukan dirimu
itu berseru, "Tempat apa ini?
Bagaimana seharusnya memperlakukan
orang asing?" Tapi kita belum boleh tahu.
Udara dingin pagi itu hanya
mengharuskan kita melangkah jenuh. Menjauh.
Selanjutnya, sikap kita memetakan
tempat ini adalah cara kita memandang
sesuatu dan seseorang, seperti memetik mawar
ulangi : seperti memetik mawar, dan terluka.
Selepas matahari pagi
dan bulan 12 inci
Ingatanmu melupakan kare rajungan,
keluwesan es siwalan, juga ledakan sate
safuan, barangkali
Namun satu hal yang tidak
kota sediakan: kehangatan,
Aku telah melihatnya, katamu
lagi. Aku benar-benar melihatnya.
Tapi kita masih belum boleh
tahu. masih belum.
Ketika sore menyentuh ujung pantai.
Waktu sauh dilepas. Angin
menggerus dari buritan.
dari sisi ini kau mulai
memahami segalanya.
matamu terbuka, dan kau
tidak melihat apa-apa.
Billie Wijaya U
Kumpulan Cerita Pendek, Puisi, Ulasan Buku, Keseharian, serta Kenangan akan segala hal yang tak dapat diucapkan. Baca, Rasakan, dan Lihat Kenyataan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Contact Form
Postingan Terlaris
-
Di penghujung jalan yang menjadi pemisah antara kenyataan dan kepercayaan, terdapat sebuah toko yang didiami beragam ras dan agama. Bil...
-
Aku menatap kawanan gagak di pelataran menunggu kesiapan. Mencoba berdamai dengan kenangan. Merapikan kepingan-kepingan aksara kemudian...
-
Judul Buku : Lelaki Harimau Penulis : Eka Kurniawan Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Tebal : 194 hlm ISBN : 978-602-03-0749-7 Rat...