Kemarin Sore (Kamis, 15 Maret 2018) Aula PSBJ kembali menjadi saksi apresiasi dari tumbuhnya tunas-tunas baru Teater Djati. Teater yang berada di bawah naungan Himpunan Mahaiswa Sastra Indonesia UNPAD ini mempersembahkan sebuah pementasan bertajuk : Pentas Perdana Calon Anggota Djati Tunas 15 dengan lakon yang berjudul "LARAS", sebuah pementasan dengan pengemasan berkelas.
Lakon yang ditulis oleh Dukut Wahyu Nugroho ini disutradarai Abimala Sagi Katon Putra, dan aktor-aktor yang terlibat adalah Rudiana Sapta Prayoga sebagai Riyadi, Gina Ainunnisa sebagai Sumi (istri Riyadi), M. Ilham Sastradireja sebagai Agus, Tri Nanda Kristian sebagai Tiara (istri Agus), Qatrunnada Kirana Salsabila menjadi Ayu, dan Anisha Summa memerankan Ratna.
Djati kali ini membawakan sebuah lakon "Laras" yang menceritakan kehidupan burung di tengah kompleksnya permasalahan rumah tangga. Kehidupan rumah tangga yang sangat berbanding terbalik dengan masalah yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Keluarga Riyadi yang diperankan Rudiyana dan istrinya yang terlilit masalah keuangan, bertetangga dengan keluarga Pak Agus oleh Ilham Sastradireja yang mencari 'masalah' karena kebanyakan uang.
Ini adalah sebuah naskah komedi, dengan isu moral yang diangkat adalah permasalahan rumah tangga di kampung lengkap dengan berita miring yang tak jelas asal dan muaranya. Sangat menghibur, cerita benar-benar mengalir dan bisa dinikmati dengan asyik sehingga ketika di akhir terjadi perubahan mendadak pada plot, penonton kaget dan takjub.
Jika diperbolehkan memilih aktor terbaik kali ini, maka saya menjagokan Pak Agus yang diperankan oleh Ilham Sastradireja. Saya pikir dia benar-benar menggunakan kecerdasannya dalam pentas kali ini, tidak hanya menghafal atau improvisasi dialog, pergerakan dan mimik yang dibuatnya tidak ada yang basi. Kerja bagus.
Pementasan 'dikemas' secara menarik. Dimulai dari tiket yang berbentuk KTP-el, suasana sekitar gedung pementasan juga disulap agar para penonton yang tengah mengantri merasa kalau mereka sedang berada di sebuah gang kecil, gapura dijadikan tempat masuk, dan penonton yang akan masuk terlebih dahulu mengisi data sensus penduduk.
Penataan panggung sudah baik, tapi ada beberapa barang yang mubazir karena hanya menjadi pajangan, seperti pagar merah milik keluarga Pak Agus. Pagar itu bisa saja dihidupkan oleh aktor untuk mencari tawa penonton, entah dengan ejekan tetangganya karena pendek dan tak berguna, atau sengaja dilompati oleh aktor lain. Namun, maksud dan tujuan tata panggung secara keseluruhan bisa dimengerti dengan baik oleh penonton.
Selamat untuk tunas Djati yang baru, semoga tidak bosan dan puas mentas. Selamat beristirahat, bermanja-manja dengan penat, Kami menunggu pementasan kalian yang selanjutnya, dengan bangga dan bahagia.