Cerita (bukan) Tentang Kita



Lidahku berkelit mengucap kata, bibirku menggelitik disentuh rasa, ada sesuatu yang tak bisa terjadi seperti apa adanya, hingga kau lewat menyisakan penyesalan pada akhirnya. Kau pun begitu, dalam diam hatimu bertanya-tanya. Kau berlalu tanpa kata, lalu pandangmu menemukan kita, dalam tubuhmu terbungkus lengkap sebuah pinta untuk tanya yang tak jua ku jawab hingga senja sirna.

Perihal cinta yang lama biarlah menjadi nostalgia. Ingatan-ingatan membentuk sebuah ikatan lalu terputar sebuah kejadian di mana kau dan aku rasanya teah menjalin hubungan. Begitu tampak nyata dalam keheningan, suara-suara mesra memenuhi langit-langit kata, aroma-aroma asmara menikam jiwa untuk memberikan kesenangan yang tak bisa dihentikan semesta.

Pagi, kataku. Pada awan yang berjalan-jalan di angkasa saat sang surya baru menitipkan cahaya pada dunia. Kupandangi langit dan berharap awan akan sampaikan pada angin lalu angin harus pergi membawakannya padamu hingga aku bisa berangan. Kau menulis kisah keluh kesahmu pada setetes tinta, lalu resah itu tak kau biarkan ku buka. Kau endapkan terus tulisan tentang rasa, begitu juga rasa itu sendiri yang sama-sama kita biarkan terlelap dalam asa tanpa pernah dibiarkan tumbuh lalu ada.

Kerelaan lahir dari perkawinan antara memahami dan menyepakati. Kita memang sudah berikrar dalam gelap, bahwa pada suatu masa adalah kenangan yang tak perlu dibicarakan. Langkah kita perlahan semakin menjauh sisi pada sisi. Jejak kakimu merdu diiringi nyanyian burung-burung, sementara kakiku diam tanpa suara, senyap dan akan lenyap bersama gelap. Bagiku, terlalu berat melawan hati, sehingga lebih baik mati daripada harus berdiam diri memandangi rasa sakit karena berkelit.

Kita menghabiskan diam berdua, membiarkan dingin segelas kopi di atas meja. Bersama sunyi yang kita rekayasa di antara sejuk dan kabut manja, kita mulai menikmati keheningan seketika. Angin meresap ke dalam kulit, kicauan serangga pada bunga-bunga, nyanyian petani untuk padi, denyut-denyut semesta ini, biarkanlah merobek sepi.

Kemesraan ini jangan cepat pergi, akan ku awetkan menjadi kisah yang menentramkan. Kedamaian ini tak akan ku biarkan cepat berlalu, sehingga aku dan kau akan terus berdua sepanjang waktu. Lirihmu akan ku kenang dalam kening, rasamu biar ku timbun dalam asa, akan ku upayakan agar tersimpan pada sebuah halaman, pada sebuah cerita yang (bukan) tentang kita.

Kumpulan Cerita Pendek, Puisi, Ulasan Buku, Keseharian, serta Kenangan akan segala hal yang tak dapat diucapkan. Baca, Rasakan, dan Lihat Kenyataan.

1 komentar: