Haiii., sebuah pengalaman baru kembali terjejaki dengan iringan kebanggaan dan kepuasan yang amat sangat membingungkan. Dalam satu sisi saya disuguhkan sebuah pekerjaan yang tidak hanya menuntut kerajinan, ketelitian, dan kehati-hatian namun kesabaran juga meminta bagian.
Memang benar perkataan orang, bahwa apa yang terlihat tidak semudah dari apa yang telah dilakukannya. Kadang kala kita menganggap sesuatu kecil dan tidak berarti sampai kita mengetahui bahwa hal itu bermanfaat sekali.
Proses demi proses telah gua lewati untuk sampai pada fase ini. Pentas Perdana (PENA) anggota muda GSSTF 2017. Sekadar informasi, GSSTF adalah salah satu UKM seni di Universitas Padjadjaran. Meski tidak menggunakan seleksi pada proses penerimaannya, nyatanya sudah ratusan calon anggota gugur dalam proses perubahan status dari calon anggota menjadi anggota muda.
Dalam pentas kali ini, gua ditawari oleh pimpinan produksi sebagai koor divisi tata lampu. Memang ada rasa sedikit malas mendengar tawaran itu, karena rencana gua saat itu adalah menjadi aktor dalam pementasan sastra, namun demi merasakan sebuah sensasi dan pengalaman baru, akhirnya gua terima.
Hari demi hari berlalu, ketika para aktor dan sutradara sibuk latihan setiap malam, gua dan Vina anggota yang gua tarik langsung untuk menjadi partner menata lampu, hanya sibuk kuliah dan sesekali datang untuk menanyakan keinginan pencahayaan pada sutradara. Kami hanya memikirkan konsep, melakukan pendataan terhadap lampu-lampu yang siap atau bagus untuk digunakan, hanya begitu-begitu saja. Bahkan kami baru mencoba mengatur dan memasang lampu pada h-5 acara. Tapi tak apalah, bukankah orang-orang berkata menjadi penata lampu itu mudah.
Tapi nyatanya gua langsung tahu bahwa orang-orang hanya membual. Karena settingan yang akan kami gunakan adalah settingan manual, nyatanya di sini kerajinan ketelitian, kehati-hatian, ketenangan juga kesabaran begitu dibutuhkan. Untuk memastikan sebuah pementasan lancar beberapa daftar yang harus saya checkdan crosscheck adalah sebagai berikut. Jumlah lampu, intensitas lampu, lampu yang masih bisa dipakai dan yang mengkhawatirkan bila dipakai, jumlah corong yang baik, holder yang tidak membahayakan, sambungan kabel, titik jatuhnya cahaya, koordinasi dengan aktor, penempatan lampu agar tidak menghalangi pementasan namun memberikan pencahayaan yang baik, blackspot, panjang pendeknya kabel supaya dimmer dapar diletakkan pada salah satu sisi gedung, kerapihan kabel dan kawan-kawannya.
Supervisior yang ditempatkan para anggota GSSTF untuk membimbing divisi ini sedang sibuk-sibuknya sehingga kami jarang seklai bertemu untuk melakukan konsultasi. Dan syukurlah ada Kang Nandar, anggota GSSTF 2013 yang telah banyak pengalaman dalam memproduksi sebuah pementasan. Dia mengajarkan detail-detail pemasangan lampu, penyambungan kabel, penyetingan sampai penggunaan dimmeryang baik dan benar. Thanks untuk Kang Nandar yang sebenarnya pada PENA kali ini ditempatkan sebagai supervisior divisi sastra.
Dalam prosesnya, kendala yang menghambat hanyalah tidak adanya pengetahuan gua mengenai penataan lampu pada sebuah pementasan. Maka dari itu, meski baru diajarkan pada H-5 acara, tidak ada pilihan lain lagi kecuali cepat mengerti dan beradaptasi. Kendala lainnya adalah Vina balik ke kotanya karena memang pada minggu itu ada sekitar 4 hari bebas untuk beristirahat di rumah.
Vina yang juga minim pengetahuan mengenai lampu hanya diberi waktu belajar pada gladi kotor dan gladi resik, sangat minim bukan? Itulah juga yang akhirnya membuat gua memutuskan untuk harus bisa beradaptasi dan mengerti secara cepat. Setelah melewati gladi kotor dan bersih akhirnya kami sampai juga pada hari H, Rabu, 6 Desember 2017.
Setelah semalam menidurkan diri bersama pikiran yang gelisah akibat kejadian pada gladi bersih yang membuat mood jelek karena settingan kacau gara-gara dibuat rusuh oleh waktu, gua memutuskan untuk datang lebih awal sekitar jam 6 pagi untuk menata dunia perlampuan agar tidak kelabakan dan kejadian kemarin tidak terulang.
Check dan recheck gua lakukan langsung kepada lampu yang gua ajak ke sini bersama kawan-kawannya, meskipun lampu-lampu dan teman-temannya yang gua bawa ke sini sudah melewati seleksi yang cukup ketat nyatanya pada hari ini ada juga lampu yang tidak menyala, beberapa baud yang lepas dari pasangannya dan hal-hal kecil lainnya yang sangat mengganggu dan amat menyita waktu.
Gua naik turun bangku dan meja, gonta ganti pinjem motor orang, bolak-balik sekre, sampe kenceng kendorin baud supaya settingan lampunya ga gampang berubah kalo kesenggol dan lain-lain. Bakar-bakar kabel, guntang-gunting lakban, mati nyalain lampu dan lain-lainnya sampai tak terasa settingan yang dimulai dari jam 6 itu baru selesai sekitar pukul 13 lewat sedikit, sementara kabel-kabel masih berkeliaran dan syukur ada Vina yang telah menjadi partner yang baik meskipun sering gua suruh-suruh, ya terima kasih untuk Vina yang rela gua tarik jadi tukang lampu.
Akhirnya sekitar jam 2 kami melakukan marking bersama aktor-aktor yang beru selesai make up, dan menjadi seorang penata lampu memang harus selalu sabar, karena ketika titik jatuhnya lampu tidak sesuai dengan posisi aktor pada waktu adegan, itu hanya akan menjadi pencahayaan yang sia-sia, gua harus naik turun lagi untuk mengatur posisi jatohnya cahaya agar sesuai dengan apa yang diharapkan. Begitulah kiranya, sampai kurang lebih selesai jam 3 lewat, untuk akhirnya gua dan Vina bisa berisitirahat sebelum open gate dan pentas pertama, yaitu dramatisasi puisi.
Lampu utama mati, ruangan seketika menghitam, gelap, penonton sudah dari satu jam yang lalu memasuki Aula PSBJ (Gedung pementasan kali ini). Hening, tirai belum terbuka, dari seberang tempat gua duduk petikan gitar samar-samar mulai terdengar, tuts piano berdenting merdu, ketukan mulai terdengar syahdu, bass dipetik, pertanda lampu harus masuk, gua putar pelan-pelan tombol dimmer, lampu perlahan menyala, menyorot para pemain musik yang posisinya ada diseberang gua. Dalam sebuah pementasan semua divisi memang harus melakukan koordinasi supaya tercipta sebuah harmonisasi yang serasi. Semuanya harus melakukan timbal balik, musik peka terhadap aktor, aktor peka dengan lampu, lampu pun harus masuk pada irama musik, begitupun sebaliknya.
Meski ada beberapa kali lupa mematikan lampu dan ada beberapa fade in yang masuknya kasar, bisa dibilang debut gua ama Vina cukup mulus pada pementasan kali ini. Ada rasa bangga tersendiri yang muncul ketika saklar utama di dimmer gua matikan yang langsung disambut dengan kemeriahan tepuk tangan penonton. Rasa khawatir, tegang, dan gelisah apabila lampu mati pada saat pentas hilang berganti pikiran ‘ya giliran membereskan’. Tapi tidak bisa dipungkiri bahwa pengalaman kali ini sangat mengsyikan, ada cemas-cemas lucunya, marah-marah manjanya, bahkan sabar-sabar suburnya.
Terima kasih untuk kalian yang telah datang pada pementasan kali ini, juga seluruh anggota muda GSSTF dan untuk yang belom bisa datang mungkin kalian bisa menonton pertunjukkan kami yang selanjutnya, selanjutnya, atau selanjutnya lagi, karena kami tidak akan hanya sampai di sini, masih ada banyak pementasan lain yang akan datang.
Begitulah kiranya menjadi seseorang biasa yang sangat berarti dan bermanfaat bagi orang lain. Tidak perlu menjadi yang terlihat jika tidak diingat, jadilah yang kecil, tidak terlihat besar atau bahkan tidak terlihat namun tanpamu semua hanya akan menjadi gelap. Sampai jumpa pada pementasan berikutnya, GSSTF atas nama cinta.