Semacam Pengkhianatan



Tanpa ada rasa bersalah, aku kira jiwaku sudah hancur menjadi kepingan-kepingan kabar yang tak kau pedulikan, pada bongkahan-bongkahan kayu yang dijilati rayap mungil. Aku meleburkan diri dalam air dingin, termometer, dan segala yang tak dapat terukur oleh nomor-nomor genap.

Aku telah siap menjadi satu-satunya bunga kesepian yang tersisa, menghitung detik demi detik, memetik kelopak sendiri yang gugur saat sepi. Mengenang rindu ketika merontokkan diri, pada kelopak-kelopak dan duri halus yang dihempaskan doa tak berwujud, membawanya pada sebuah lembah sunyi tempat Rahwana membunuh cintanya sendiri.

Aku telah lunas untuk menjadi awan terakhir di langit biru, menyampaikan kasih lewat tetes-tetes cinta yang pedih, tanah basah mengalirkannya ke muara, ikan-ikan kecil berenang di sana, di antara gemericik dan siulan bunga kamboja, di sekitaran arus yang halus nan mesra, laut menjadikannya kembali biru, meski tak setulus ketika lahir baru, ia bertemu angin yang membawanya kembali pada awan yang lain.

Aku yang sekarang adalah sebuah cermin yang retak dari dalam dan di sudut-sudut yang kecil. Membalikkan kenyataan dan menyulapnya menjadi kabar yang menyenangkan. Mengkhianati hati dan memberi senyum pada maut yang membawamu pergi.

Lilin dan kabar memberi sinar meski mungil. Api kecil menghangatkan tubuh yang sepi, dan hiruplah debu-debu yang jatuh di penjuru hati. Adalah kita yang semakin membenamkan mimpi, adalah kita yang terlalu sibuk dengan urusan  nurani. Adalah kita yang gugur dan mati kemudian hidup lagi untuk diri sendiri.

Kumpulan Cerita Pendek, Puisi, Ulasan Buku, Keseharian, serta Kenangan akan segala hal yang tak dapat diucapkan. Baca, Rasakan, dan Lihat Kenyataan.

1 komentar: