Dari balik kaca ketika udara dingin membuat titik-titik kecil dengan ruang yang sengaja disisakan untuk mengintip. Angin belum terlalu bersemangat untuk menghembus, menjatuhkan air-air yang menempel di dedaunan, menyibak embun-embun yang menghalangi perjalanan.
Gorden kubuka, lalu alam mulai bercerita. Bagaimana bisa seorang tuan yang memandang dunia dari balik jendela, menyuruh kami menyajikan segala kejadian dalam sehari penuh tanpa pernah diberikan imbalan. Atau seorang putri yang amat mengasihi melalui puisi, ia senantiasa menjadi pribadi yang amat dihormati. Itu pertanyaan pertama hari ini, pertanyaan yang sering muncul bila pagi sudah mengetuk jendela kamar.
Maka dengan sepantasnya kujawab pertanyaan pertama. Mari kita pikirkan, kataku. Sebuah jendela menjadi wadah untuk kaca, tempat untuk batas antara mimpi dan realita. Seorang tuan yang bijak bestari pernah berkata bahwa jendela adalah buku dunia, maka sudah sepatutnya pengetahuan tertulis padanya. Tentang cinta, politik, realita, dan kemauan masyarakat dikendalikan dari sana. Melalui apa? Tentu saja melaui kertas dan pena tidak lupa juga tinta, masalah benar dan salah kan tidak ada yang tahu dan memberi tahu, teriakan-teriakan orang kelaparan juga tidak mungkin terdengar, toh jendelanya tertutup.
Ketika ia membukanya, tiba-tiba ada kabut aneh mengahalangi, suara-suara makian juga hilang oleh sirene polisi, dan kembang api ditembakkan untuk menerangi orang bunuh diri, orang-orang tidak mau peduli, toh yang lebih indah kembang api. Maka tuan yang memerintah dari balik kaca megambil kesimpulan bahwa rakyatnya sedang berbahagia.
Sebenarnya, kabut yang aneh itu orang seperti apa? Pohon Jati yang kokoh penasaran. Tidak tahu, tidak pernah ada yang tahu sebenarnya kabut aneh itu siapa, tapi yang jelas ia benar-benar telah mengahalangi penglihatan tuan itu, dan juga meracuni pikirannya hingga keputusan yang ia buat tidak mempunyai kegunaan untuk orang banyak.
Lalu, mengapa ada orang yang menyalakan kembang api ketika ada seseorang yang bunuh diri? Kali ini daun pohon mangga yang bertanya. Begini, apakah kalian pernah mendengar ketika ramai diberitakan bahwa terjadi sebuah peristiwa yang menggemparkan, korupsi misalnya. Ada pihak-pihak tertentu yang tidak suka, maka dengan berlimpahnya harta, mereka membayar siapa saja orang yang berani beratraksi untuk meredakan fenomena yang terjadi. Sehingga tak lama setelahnya, pada beberapa hari ke depan yang muncul di media adalah perihal tawuran desa ini melawan desa itu, dan lenyaplah segala berita tentang korupsi itu, karena media merasa rakyat akan bosan jika diberi berita itu terus-menerus, rakyat perlu berita baru yang mengasyikan.
Akar pohon Kamboja terheran-heran. Lalu kenapa orang bunuh diri saja mesti dicuri perhatiannya, apakah sebuah mayat akan mengganggu jalannya pemerintahan kali ini? Tentu saja. Kematian seseorang yang disebabkan oleh rasa kecewa dan putus asa atas bobroknya sistem akan menimbulkan pikiran-pikiran negatif terhadap sistem sehingga bila tidak ada demontrasi yang berujung kudeta, maka akan ada orang-orang yang mengakhiri hidup mereka sebagaimana juga disebabkan rasa putus asa. Dan hal itu akan sangat membahayakan pemerintahan, karena rakyat mulai berpikir yang bukan-bukan terhadap pemerintahan.
Untuk itulah putri puisi hadir dengan tulisan-tulisan yang menggembirakan, isinya kebohongan, kelaliman, dan kebahagiaan. Setidaknya rakyat bisa berbahagia ketika mendengarkan puisinya, karena apa yang ditulisnya selalu mewakili nurani rakyat, dan apa yang dilakukannya jelas merakyat. Daripada tidak pernah merasa bahagia, lebih baik mendapatkan kebahagian palsu meski terdengar pilu.