Hitammu bukan hitamku. Hitam itu gelap, dan segala hal yang gelap adalah sesat, hitam adalah syirik dan kemusryikan mempunyai suatu tempat berkumpul yang dinamai neraka, hitam adalah kebengisan, maka sudah sepatutunya yang berbau bengis akan buruk, hitam selalu mengacau, meracau dan segala hal yang identik dengan kejelekan akan terkait dengan hitam, katamu.
Hitam itu rendah hati, kataku. Camkan ini!
Orang-orang menarik kesimpulan bahwa alasan mengapa tidak adanya hitam di antara ratusan warna pelangi adalah sebuah keindahan. Sebagian mengatakan bahwa ketika semesta diciptakan bersama dua insan yang diturunkan dari sebuah negeri tak berkesudahan dengan aroma angan-angan yang memanjakan, kemudian pelangi pertama muncul untuk menjadi jalan, hitam sengaja tak dimunculkan karena salah seorang dari mereka yang perempuan tak suka melihat warna yang ditampakkan iblis ketika menipunya perlahan. Lalu kemana si putih kala itu. Beberapa orang berasumsi bahwa putih berbaik hati melipur lara temannya hitam yang tak bisa menjembatani dua orang pertama menuju bumi, ia membiarkan pergi kesempatan daripada mesti meninggalkan temannya dalam suasana duka yang menyedihkan.
Sebagian orang berasumsi bahwa ketika pelangi pertama tampak di langit-langit semesta adalah karena ketika semua warna berkumpul untuk melaksanakan tugas suci pertamanya, hitam datang terlambat dan karena keterlambatannya waktu itu, para warna bersepakat untuk tidak mengajaknya lagi ketika hujan reda sebab tak ingin menimbulkan gosip yang bukan-bukan di kalangan manusia.
Padahal aku tahu betul kisah aslinya. Hari itu memang ada sembilan warna yang diundang alam untuk melaksanakan sebuah prosesi yang mereka namai 'upacara pelipur lara' sebagai penghibur umat manusia yang buminya sudah dibuat basah oleh angkasa. Tapi manusia malah menamainya pelangi, alasan mereka memberi istilah itu aku tak pernah tahu dan tak mau tahu. Jika aku tidak salah ingat, warna-warna yang diundang semesta kala itu adalah keluarga cendana dan keturunan murni penjaga rahasia yaitu Merah, Biru, dan Ungu, Nila, Hitam, Kuning, Hijau, Putih, dan Jingga.
Sebenarnya, Jingga sudah menolak beberapa kali ajakan kawan-kawannya karena ia tak bisa barang sekali pun melalaikan kewajibannya, menyapu langit dengan warnannya, membuat petang sempurna oleh senja. Para keluarga cendana lain yang putus asa akhirnya meminta para keturunan murni penjaga rahasia untuk membujuk Jingga. Putih yang tak pernah mau menodai kesuciannya dengan mncampuri urusan warna lain melimpahkan kewajibannya pada Hitam. Lalu, di sebuah hari pada akhir sebuah senja Hitam berkata.
"Bila yang kau maksud adalah tidak mau meninggalkan kewajibanNya, bukankah tidak memenuhi undanganNya juga termasuk lalai pada perintahNya?" Senja sedikit lagi menjadi gelap, "Pikirkanlah dengan bijak. Lalu putuskan dengan naluri kedewasaan." Kemudian Hitam pergi mengambil alih angkasa.
Begitulah kiranya Jingga itu hadir dalam upacara pelipur lara, sehingga pelangi yang kalian lihat hari ini utuh, lengkap dengan semua warna. Lalu ke mana Hitam dan Putih? Pasti itulah yang akan kalian tanyakan.
Begini kejadannya. Dua jam sebelum 'upacara' itu dilangsungkan, semua warna berkumpul pada sebuah tempat yang disebut 'telaga warna'. Semua sudah siap untuk beraksi dengan kehebatannya masing-masing. Merah dengan keberaniannya, Jingga dengan keindahannya, Kuning dengan cahayanya, Hijau dengan ketenangannya, Biru dan Nila masing-masing menampilkan sendu dan haru, lalu Ungu juga akan menampakkan kesegaran yang baru. Di antara mereka juga hadir Hitam dengan kegelapannya, dan Putih dengan kesuciannya.
Masing-masing hadir membawa kehebatan dan kesombongan sehingga terjadilah perkelahian. Aku tidak melihat jelas bagaimana mereka saling menyerang satu sama lain. Tapi aku jelas melihat bahwa Hitam hanya diam, sepertinya hanya ia yang daritadi tidak berusaha mengeluarkan kesombongan. Apa yang bisa kusombongkan dengan kegelapanku, katanya. Sesaat kemudian, terdengarlah jeritan salah sewarna, lalu keributan berhenti, terlihat di sana semua warna saling menodai warna lain dengan warnanya, sehingga sudah tak karuan bagaimana cara membedakan mereka semua.
Tapi warna-warna yang menjadi noda pada awalnya itu bersatu dengan sendirinya ketika para warna mencoba menyingkirkannya dengan menambal noda itu dengan warna aslinya. Terjadi sebuah gradasi di sana. Tapi, malang bagi Putih yang kesuciannya ternoda oleh warna lain, putihnya mendapat bercak warna-warni di berbagai tempat dan itu sangat kentara dilihat dari sudut manapun, warna yang ia miliki tidak mempunyai kekuatan baur untuk menggradasikan noda tersebut menjadi sesuatu yang estetik.
"Putih, kesucianmu telah ternoda, maka jangan harap Tuhan akan mengizinkanmu menghadiri upacara." Nila bersuara setelah hening menguasai telaga beberapa masa.
"Tapi, tapi, tapi, Ia telah mengundangku." Putih mulai gugup karena perhatian semua warna kini tertuju padanya.
"Saya setuju dengan Nila," Kuning menyala, "Identitasmu telah sirna, kau tak mungkin bisa tampil dengan warna yang tak jelas maknanya."
Perkataan itu langsung mendapat persetujuan warna-warna lainnya, mereka tak mau mengambil keputusan yang nantinya bakal menjadi sebuah keanehan di mata manusia, dan menjadi perbincangan tak jelas dan tak ada habisnya. Mendapat perlakuan seperti itu, sontak Putih langsung pergi meski sakit, lari dari kenyataan yang pahit.
"Sebentar lagi hujan reda." Angkasa memberi tahu lewat pengeras suara.
Semua warna bersiap menaiki seluncuran semesta, namun Hitam tidak. Melihat Hitam yang enggan berdiri juga, Jingga menghampirinya.
"Wahai temanku Hitam yang menguasai kegelapan. Mengapa kau tak bersiap untuk menaiki seluncuran?"
"tidak, Jingga"
"Mengapa?"
"Jika saudaraku tidak diizinkan, bagaimana mungkin aku mengizinkan diriku sendiri untuk pergi dan meninggalkannya sendiri dengan sunyi. "
Hujan reda. Warna mulai menampakkan kebolehannya dengan gradasi yang sempurna. Ditambah dengan bentuk lengkungan dari seluncuran semesta, membuat upacara itu indah dan berhasil menyingkirkan duka seluruh manusia. Pelangi pertama lahir untuk meniadakan getir. Lewat ketulusan dan pengorbanan serta rasa kasih sayang. Dialah Hitam.
Bagaimana aku bisa tahu cerita itu?
Karena...
Akulah kelabu. sesuatu yang netral, yang hadir di antara kebengisan dan kasih sayang, yang bebas dari penjuruan salah dan benar. Aku kelabu. yang menyatukan gelap dan terang, yang menjadi jembatan kebaikan dan kejahatan. Aku selalu berada dekat dengan putih dan hitam, dan membaurkan sifat di antara mereka. Aku telah mengenal hitam lebih lama dari kalian, maka hitamku dan hitammu tentu saja berbeda dalam arti yang sejati. Hitamku rendah hati, sementara jiwamu mati