Kau datang dengan diam dan membawa pengertian bahwa ada suatu hal yang mesti dibereskan. Kau pergi dalam diam, lalu membawa kedinginan dan pemahaman bahwa yang kemarin usai dibereskan kini hanyalah sebuah kenangan yang telah usang.
Kita bertemu pada sebuah waktu yang ditakdirkan, membawa langkah hening di setiap pijakan,sedang hujan kala itu membawa kehangatan, Kau berdiri, sementara aku sendiri. Kemudian udara membeku, detak berhenti, aroma bunga yang merekah mulai tercium meski taman telah lama mati. Hidup memang sebuah misteri, karena kau dan aku tidak pernah bisa tahu mengenai apa yang esok bakal terjadi.
Berhari-hari kita menahan temu untuk sebuah rindu dan haru. Berbulan-bulan kita memutuskan koneksi demi suatu ambisi bernama janji. Namun nyatanya, hari-hari tanpa kata kita berkata bahwa temu kita kali ini adalah untuk saling berpaling dalam hening, tak terdengar suara tanda manusia bicara, hanya desiran angin, nyanyian alam tanda malam telah hitam.
Merah merona tersimpan rapat dalam raga, secara hati-hati kita saling menimbun rasa rindu dengan malu. Pikiranku mencari tanya, sementara hatimu pergi entah ke mana. Lagi-lagi hanya kabar yang bisa kutanyakan pada pertemuan mengenang ingatan, sementara tentang perasaan hanya bisa kita sembunyikan untuk kemudian pergi dengan penyesalan.
Padahal, selama lebih dari seminggu aku telah melatih bibir dan hati agar tak gugup ketika ragamu tepat berada di hadapanku. Namun apa daya, kata-kata yang kuhafalkan tidak bisa dilafalkan, mantra-mantra menguap ketika kau dan aku saling tatap, huruf-huruf kelelahan diingat hingga keminggatannya tak bisa kucegat.
Sementara senyummu terus saja membius dengan bibir yang bisu. Ketika sudah begini siapa yang mesti disalahkan, kegugupanku kah? keindahanmu kah? Atau memang salah sang tuan kata yang tak mampu berujar ketika kita bersama. Kita dikendalikan suasana, dikuasai oleh tanda dan makna, tanpa mampu berkata, tanpa bisa bercerita tentang kita.
Hingga usailah masa untuk kita berdua, kini waktu meninggalkan sebuah tanda tanya yang tak ada jawabannya. Rasa yang dulu masih terbelenggu dalam ragu, apapun yang terjadi di hari-hari lalu terus terulang menjadi sebuah misteri yang tak berujung. Kenangan tetaplah kenangan, kau dan dia, aku dan sendiri. Langkah kita perlahan menjauh, kau menuju cahaya pagi, sementara aku masih tak tahu akan tetap bermimpi atau mulai berdiri pada pagi yang baru, menjadi seorang yang lahir tanpa rindu.
Hingga usailah masa untuk kita berdua, kini waktu meninggalkan sebuah tanda tanya yang tak ada jawabannya. Rasa yang dulu masih terbelenggu dalam ragu, apapun yang terjadi di hari-hari lalu terus terulang menjadi sebuah misteri yang tak berujung. Kenangan tetaplah kenangan, kau dan dia, aku dan sendiri. Langkah kita perlahan menjauh, kau menuju cahaya pagi, sementara aku masih tak tahu akan tetap bermimpi atau mulai berdiri pada pagi yang baru, menjadi seorang yang lahir tanpa rindu.